Danau Batur, Yang Unik Di Trunyan Bali
Anda Mungkin masih ingat lagu Ebit GAD tentang Kintamani. Daerah pegunungan yang girinya menyerupai Puncak Suroloyo di kulonprogo yogyakarta. Pada bagian bawah bukit kintamani sebelah timur terdapat danau yang bernama danau Batur. Danau yang menjadi sumber mata air untuk mengaliri sawah petani Bali bagian timur dan selatan ini memiliki panjang sekitar 9 km dan lebar 5 km.
Ketika tahun 2009 kemarin Tips Wisata Murah mengunjungi Bali bersama rombongan dari sebuah perusahaan rekaman di Jakarta, sebelum singgah di pantai utara untuk melihat Serunya Lumba Lumba Narsis di Pantai Lovina, kami menyempatkan nginap/bermalam di hotel yang terletak di pingir danau Batur tersebut. Dan kalau tidak salah kiblat, di sebelah timur danau terdapat Desa Trunyan, yang bisa dijangkau dengan menggunakan perahu nelayan atau jalan arah melingkar menyusuri tepi danau dengan sepeda motor. Desa trunyan penduduknya masih lugu, dan terkesan cenderung sopan kepada pendatang. Desa Trunyan juga dikenal memiliki khasanah Budaya yang lain dari orang Bali pada umumnya.
Di salah sudut desa tersebut terdapat pohon Trunyan yang difungsikan untuk menyimpan atau mengubur orang yang sudah meninggal. Untuk membedah Trunyan, kami mendapati catatan surgabali.biz , yang secara detail mengungkap kisah kisah unik di Trunyan sebagai berikut
Berdasarkan folk etimologi, penduduk Trunyan mempersepsikan diri dan jati diri mereka dalam dua versi. Versi pertama, orang Trunyan adalah orang Bali Turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka "turun" dari langit ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi ini, orang Trunyan mempunyai satu mite atau dongeng suci mengenai asal-usul penduduk Trunyan adalah seorang Dewi dari langit.
Versi kedua, orang Trunyan hidup dalam sistem ekologi dengan adanya pohon Taru Menyan, yaitu pohon yang menyebarkan bau-bauan wangi. Dari perdaduan kata "taru" dan "menyan" berkembang kata Trunyan yang dipakai nama desa dan nama penduduk desa tersebut.
Desa Trunyan terletak di sebelah timur bibir danau Batur, letak ini sangat terpencil. Jalan darat dari Penelokan, Kintamani, hanya sampai di desa Kedisan. Dari Kedisan ke desa Trunyan orang harus menyeberang danau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2 jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung. Selain jalan air, Trunyan juga dapat dicapai lewat darat, lewat jalan setapak melalui desa Buahan dan Abang.
Suhu udara desa Trunyan sangat sejuk, suhunya rata-rata 17 derajat Celcius dan dapat turun sampai 12 derajat Celcius.
Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan orang Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu:
# 1. Meletakkan jenazah diatas tanah di bawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah. Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.
# 2. Dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.
Untuk keperluan pemakaman, di desa Trunyan terdapat 1 kuburan yaitu:
# 1. Sema wayah diperuntukkan untuk pemakaman jenis mepasah
# 2. Sema bantas, diperuntuukan untuk dengan penguburan.
# 3. Sema nguda, diperuntukkan untuk kedua jenis pemakaman yaitu mepasah (exposure) maupun penguburan.
kalao Anda sedang ke Bali, dan menginap di penginapan pinggir danau tersebut, pastikan Anda juga mengunjungi desa Trunyan
1 Komentar untuk "Danau Batur, Yang Unik Di Trunyan Bali "
semoga bisa ke Trunyan, liburan kemaren cuman singgah aja di kintamani