Tempat Wisata Budaya Yang Terkenal di Cirebon
Kota Cirebon yang dikenal memiliki banyak warisan sejarah peninggalan dari Sunan Gunungjati berupa keraton dan tempat wisata reliji itu sering dikunjungi para pelancong, khususnya yang ingin melakukan tour wisata budaya maupun ziarah. Dan diantara obyek wisata yang ada di Cirebon yang memiliki nilai historis berupa situs maupun tempat beribadatan tersebut adalah sebagai berikut
Mesjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon Jawa Barat
Mesjid Agung Sang Cipta Rasa ini dibangun oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati sekitar tahun 1498 M. Menurut hasil dari penelusuran tipswisatamurah.com. Pembangunan Masjid yang jadi kebanggaan warga Cirebon tersebut dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat dari Majapahit bersama dengan 200 orang pembantunya yang berasal dari Demak. Mesjid ini dinamai Sang Pencipta Rasa karena merupakan pengenjawantahan dari rasa dan kepercayaan. Sementara penduduk Cirebon, pada masa itu menamainnya Mesjid Pakungwati karena terletak dalam kompleks Keraton Pangkuwati. Sekarang mesjid ini terletak di depan Keraton Kasepuhan. Tepatnya di sebelah barat alun-alun di Kampung Kasepuhan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Cirebon, Jawa Barat.
Keprabonan Cirebon
Keprabonan didirikan oleh Pangeran Raja Adipati Kapronan pada tanggal 1682 M, sedang fungsi Keprabon sediri adalah untuk siar agama Islam yang sebenarnya dikhususkan untuk keluarga keraton Kanoman, namun masyarakat biasa yang berminat juga bisa turut ngaji disana. Dan konon kegiatan Dinniyah tersebut sekarang malah banyak dikunjungi jemaah turis dari Malaysia dan Brunai darussalam
Keprabon ini sendiri dikuasai oleh Pangeran Raja Adipati yang tak lain adalah putra sulung dari sultan Kanoman I, Dan tugas keprabon ini semacam departeman Agama yang hanya mengurusi sekitar keagamaan disekitar keraton Kanoman
Keraton Kasepuhan
Keraton Kasepuhan Cirebon ini merupakan embrio dari Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuana sekitar tahun 1529 M. Sedang Keraton Pakungwati yang terletak di sebalah timur Keraton Kasepuhan tersebut, dibangun oleh Pangeran Cakrabuana (Putera Raja Pajajaran) pada tahun 1452.
Luas keseluruhan bangunan yang disebut sebut sebagai situs pertama di Cirebon ini dulunya sekitar 4900 m2, namun sekarang tinggal beberapa pearsen saja yang masih berdiri tegar, sedang sisanya merupakan reruntuhan bangunan tua, gua buatan, sumur dan lahan yang tampaknya seperti bekas taman.
Menurut catatan disparbud jabar yang ditemui tipswisatamurah.com, Pada sekitar abad ke-16 Sunan Gunung Jati mangkat, digantikan oleh cicitnya yang bernama Pangeran Emas Zaenal Arifin dan bergelar Panembahan Pakungwati I. Pada tahun 1529 beliau membangun keraton baru di sebelah barat daya keraton lama. Keraton baru ini juga dinamai Keraton Pakungwati.
Keraton Kanoman
Keraton Kanoman dibangun sekitar tahun 1588 M, oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I. Salah satu bangunan penting yang terdapat dalam komplek Keraton Kanoman adalah Witana. yang konon berarti bangunan tempat tinggal pertama yang didirikan ketika membentuk Dukuh Caruban.
Menurut Babad Cerbon yang diindonesiakan oleh Pangeran Sulaeman Suleendraningrat (1984), Cirebon bermula dari pendukuhan kecil. Pendukuhan ini telah terbentuk sejak abad ke 15, yaitu sekitar 1 sura 1367 Hijriah atau 1445 M dirintis oleh Ki Gede Alang-alang dan kawan-kawan.
Dukuh Cirebon sendiri termasuk didalmnya Keraton Pakungwati dan Tajug Pejlagrahan yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana pada tahun 1452 M. Pada masa itu dukuh ini telah berkembang dengan penduduk dan mata pencaharian yang beragam. Oleh karena itu, dukuh ini juga pernah disebut caruban yang berarti campuran.
Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan dibangun sekitar tahun 1808 M, oleh Pangeran Anom, Sedang sejarah berdirinya Keraton Kacirebonan sendiri konon dilatarbelakangi oleh penggantian Sultan Anom IV (Sultan Anom Muhamad Khaerudin) yang wafat pada tahun 1802 M.
Waktu transisi pergantian jabatan konon terjadi kegduhan, karena sultan anom memiliki dua putra kembar. Sedang dalam aturan main, kalau sultan mangkat yang berhak menganti kedudukan sultan berikutnya adalah anak tertua. DDarisinilah pengaruh belanda masuk. Maka sekitar tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels memutuskan bahwa keduanya mendapat gelar sultan. Yang satunya ditetapkan sebagai Pangeran Raja Kanoman, sedang yang satunya lagi ditetapkan sebagai Sultan Kacirebonan sampai akhir hayatnya.
Kelenteng Talang
kelenteng merupakan tempat peribadatan masyarakat Tionghoa penganut Buddhis, di antaranya adalah Kelenteng Talang. Kelenteng ini berada di Jl. Talang No. 2 yang secara administratif berada di wilayah Kampung Keprabon RT 03 RW 02, Kelurahan Lemah Wungkuk, Kecamatan Lemah Wungkuk.
Kata “Talang” yang dijadikan nama kelenteng ini, menurut bahasa Cina, berasal dari kata toa lang yang berarti “orang besar” atau “tuan besar”. Sebutan itu ditujukan kepada tiga orang laksamana besar utusan Kaisar Ming yang mendarat di Cirebon pada abad ke-14. Mereka adalah Chengho (Chenghe), Fa wan (Fa Xien) dan Khung Wu Fung, yang semua beragama Islam.
Selama di Cirebon, laksamana besar utusan Kaisar Ming tersebut membangun mesjid dan bangunan lain yang digunakan untuk tempat berkumpul kaun muslim Tionghoa. Hingga sekarang kelenteng yang disebut juga Kelenteng Soeh Boen Pang Gie Soe (Rumah Abu Leluhur) ini belum pernah dipugar.
Nasi Jamblang: Kuliner Cirebon
Nah setelah capek muter muter bertamasya mengelilingi obyek wisata yang paling terkenal di cirebon, tentunya perut keroncongan dan harus diisi. Dikota udang ini ada yang namanya nasi jamblang. Sega Jamblang ini merupakan makanan khas Cirebon yang asal muasalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada jaman Belanda.
Ciri khas makanan ini menggunaan daun Jati sebagai bungkusnya. Konon dengan dibungkus daun jati tersebut nasi akan bertahan lama tidak cepat basi seperti kalau di bungkus dengan daun pisang. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama. Uniknya, nasi lebih nikmat jika dimakan secara tradisional menyuap dengan jari.
'
pilihan luak banyak aneka pilihan yang menggugah selera. Menu yang tersedia antara lain sambal goreng (yang agak manis), tahu sayur, paru-paru (pusu), semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe serta tidak ketinggalan 'blakutak', sejenis cumi-cumi yang dimasak bersama tintanya. Rasanya nyampleng dan joos byanget pokoknya..
Sumber digali dari wikipedia, disparbud jabar dan buku sejarah
Foto ilustrasi: disparbud jabar
0 Komentar untuk "Tempat Wisata Budaya Yang Terkenal di Cirebon"