Samin Adalah Aset Budaya Yang Wajib di Lindungi

Samin Surosentiko adalah nama seorang tokoh yang pada jamannya menolak segala peraturan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. Karena produk hukum yang dibuat hanya untuk kepentingan sepihak yang dianggapnya tidak adil dan semena-mena. Para pengikut 'Mbah' Samin yang biasa menyebut dirinya Sedulur Sikep yang hidup di sepanjang lereng pegunungan Kendeng yang membujur mulai dari daerah Purwodadi, Pati, Rembang, Blora (semua di Jawa Tengah), hingga Bojonegoro, Jawa Timur ini sampai sekarang masih menjalankan ajaran dan patriotisme Mbah Samin.
Daftar Isi
- Sejarah Masyarakat Samin
- Pemahaman dan Budaya Asli Masyarakat Samin
- Ancaman "Kegelisahan" Suku Samin
- Selamatkan Ratusan Mata Air di Kendeng Pati Selatan
- Donga Nuswantara
Sejarah Masyarakat Samin
Dalam sejarah disebutkan, bahwa 'Mbah' Samin melakukan perlawanan kedholiman yang dilakukan penguasa Belanda dengan caranya sendiri yang tanpa ada kekerasan. Dia lebih suka memilih tidak mengikuti pelaturan Bangsa Kolonial yang dianggap sangat menyesatkan dari pada harus mengangkat senjata. Karena menurutnya dalam hidup ini kejujuran dan kedamaian adalah segala galanya.
Untuk lebih mengenal Samin yang memiliki budaya luhur dan tradisi agak unik ini, Admin tipswisatamurah.com bulan ini berhasil menghubungi Gunretno, yang disepuhkan Masyarakat Samin di lereng pegunungan Kendeng daerah Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Seperti halnya Wong Osing di Banyuwangi, dan Suku Tengger, di Jawa Timur, Masyarakat (bisa di baca Suku) Samin yang hidup di dua provinsi sepanjang pegunungan "Karst" kendeng ini juga memiliki tradisi dan budaya sendiri. Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Jawa Ngoko. Adapun ajaran Samin yang sudah menjadi adat istiadat atau tradisi hingga sekarang yang masih terjaga dan terus dilestarikan oleh pengikutnya adalah sebagai berikut.
Pemahaman dan Budaya Asli Masyarakat Samin

Masyarakat Samin atau Sedulur Sikep "jaman belanda" tidak diperbolehkan sekolah, tidak poligami, tidak memakai peci tapi memakai iket atau udeng, (sejenis kain yang diikatkan di kepala seperti orang Jawa tempo doelu), tidak memakai celana panjang tapi mengenakan celana selutut, menolak kapitalisme, tidak boleh berdagang, (karena menurutnya dalam dagang ada unsur bohong dan menipu). Dan secara umum mereka memilih hidup dari pertanian.
Ancaman "Kegelisahan" Suku Samin
Dalam dialog panjang dengan Admin tips wisata murah home, Gunretno menuturkan kegelisahannya tentang masa depan Masyarakatnya Samin. Karena menurut yang dipahami dan diyakininya, Bumi tempat lahir leluhur yang selalu mereka hormati dan dianggap sebagai Ibu kandung ini dalam rencananya akan digempur diratakan dengan tanah oleh kehadiran pabrik semen..Selamatkan Ratusan Mata Air di Kendeng Pati Selatan

Menurut Gunretno, "Pabrik semen tidak hanya akan memecah belah Sedulur Sikep sepanjang pegunungan Kendeng, namun mereka juga akan mematikan sekitar 300 sumber mata air yang mengairi ribuan hektar lahan pertanian. Padahal ratusan mata air telah menghidupi lebih dari 203.217 jiwa warga di tiga kecamatan di Pati Selatan, " kata Gunretno. " Tidak hanya itu yang saya pikir, namun tentang kelestarian alam sepanjang pegunungan Kendeng yang menjadi Paku Bumi di daerah tengah pulau Jawa bagian tengah dan timur ini juga akan terancam. Lalu bagaimana masa depan anak cucu nanti". Imbuhnya
Donga Nuswantara
Untuk mengekspresikan kegelisahan ini, Gunretno membuat syair yang dinobotkan sebagai do'a perjuangan seluruh Sedulur Sikep yang selalu dilantunkan setiap perjuangannya. Dan berikut bunyi Do'a mereka yang diberi nama Donga Nuswantara (baca Nuswantoro), yang lagunya katanya juga sudah direkam di vokali oleh Ustd Ahmad Gufron.
Ibu Bumi wis maringi (Ibu Bumi "Pertiwi" sudah memberi)
Ibu Bumi dilarani (Ibu Bumi disakiti)
Ibu Bumi Kang Ngadili ( Ibu Bumi yang akan mengadili)
LAA ILA HA ILLALLAH MUHAMMADURRASULLAH
Masih seputar Pati, lanjutkan baca ini Oleh Oleh Khas Pati
4 Komentar untuk "Samin Adalah Aset Budaya Yang Wajib di Lindungi"
suku yang keren tapi sering dijadikan olok olok
benar mas.. mungkin karena mereka terlalu jujur, dan tidak mau kompromi dengan apa yang menurutnya merugikan orang lain
setiap kemegahan baru dibangun di suatu tempat, kenapa selalu saja ada yang dikorbankan?
indahnya negeriku
karena mbah katrok lama ga onlinee ngurusin blognya, hehehe